Surabaya – Pada Harlah ke 48 PPP , pengkaderan yang dilakukan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) sudah tak terkira jika melihat usia partai sudah memasuki hampir setengah abad. Sebagai kader PPP sepatutnya introspeksi diri , mawas diri dan mencari tahu terus kenapa kader kita sebagian pindah ke partai lain , sehingga susah mencari pengurus partai ditingkat bawah. Norhadi SPd MM wakil Ketua DPW PPP Jatim mengungkapkan, tema harlah kali ini saya sepakat “ merawat persatuan dengan membangun”. Saya mengambil sisi lain pada kaderisasi saja. Sudah saatnya PPP merawat persatuan kader mulai dari tingkat bawah sampai pusat. Bahkan kalo perlu pengkaderan menjadi prioritas utama partai. Setelah itu membangun karakter kader kita seperti tercermin dalam Khittah PPP, menuju kebesaran partai. “ Kader PPP jangan sampai tidak nyaman dirumahnya sendiri , buatlah rumah PPP tempat yang nyaman belajar dan berjuang,” katanya.
Menurut Cak Nor biasa dia dipanggil, seperti yang Bung Hatta pernah katakan , “partai tak seharusnya tidak bergantung pada agitasi, tapi pada pencarian kader yang kuat.” Agitasi dapat membangkitkan kegembiraan setiap orang, tetapi tidak membentuk pikiran orang. Dari situ jelas pentingnya pengkaderan sehingga menemukan tokoh-tokoh hebat sekaliber nasional bahkan Internasional.
Dijelaskannya, di Jawa Timur selain Drs. KH Musyaffa’ Nor MM MSi Ketua DPW PPP Jatim yang memang kader terbaik PPP nasabnya kiai, berprestasi dan pengalaman. Ada kader lain di Jatim yang hampir sama kapasitasnya seperti Ketua DPC PPP Jombang sekaligus Bupati Jombang Hj Munjidah Wahab (putri KH Wahab Hasbullah Pendiri NU), Ketua DPC PPP Bangkalan sekaligus Bupati Bangkalan R Abdul Latif Amin Imron (Cicit Syaikhona Muhammad Kholil Bangkalan) , Majelis Syariah DPC PPP Bondowoso sekaligus Bupati Bondowoso KH Salwa Arifin (Pengasuh Ponpes) , ditambah kurang lebih 125 DPRD tk II dan 5 DPRD tk I dan 38 ketua dan sekretaris di Jatim adalah kader terbaik PPP yang harus dirawat dengan baik persatuanya. Supaya bisa diorbitkan menjadi aset nasional, bukan selesai menjadi kader lokal tetapi dinaikkan menjadi kader regional , Nasional dan Internasional. “Seperti DPR RI Ema Umiyyatul Chusnah, M. Pd Wakil ketua DPC PPP Jombang menjadi kader PPP Nasional,” katanya.
PPP yang merupakan hasil fusi politik Partai Nahdlatul Ulama (NU), Partai Muslimin Indonesia (Parmusi), Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII), dan Partai Islam Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti) yang dideklarasikan pada tanggal 5 Januari 1973. “Empat fusi inilah merupakan kader jadi PPP yang terkadang luput dari pandangan, butuh dirawat , disatukan, dan dibangun keyakinanya lagi untuk bersama membesarkan PPP,” katanya.
Lebih lanjut dijelaskannya, idealnya partai sebagai tempat pendidikan, tempat untuk mendidik orang (kaderisasi), dan bukan hanya suatu wadah yang semata-mata untuk mencari kekuasaan patut menjadi contoh bagi kita semua dalam membangun sebuah partai politik yang ideal.
Menurutnya, Partai jangan sampai melahirkan generasi-generasi yang instan, serba ingin jalur cepat, dan politik tidak memiliki spirit kebaikan dan kebajikan. Padahal kebaikan dan kebajikan adalah landasan moralitas politik, dan menjadi tumpuan dalam membangun cita-cita politik kebangsaan yang lebih baik. Dengan merawat kader kita dengan baik, kita berharap perkembangan PPP kedepan yang dipimpin Ketum Baru periode 2020-2025 Suharso Monoarfa melahirkan politisi dan kader-kader partai yang cerdas dan berintegritas.
“Pendapat Sjahrir patut diperhatikan, “partai politik sebaiknya berbentuk partai kader dan bukan partai massa, karena dengan partai kader para anggota partai yang mempunyai pengetahuan dan keyakinan politik dapat ikut memikul tanggungjawab politik, sedangkan dalam partai massa keputusan politik diserahkan seluruhnya ke tangan pemimpin politik, dan massa rakyat tetap tergantung dan tinggal dimobilisasi menurut kehendak sang pemimpin,” jelas Cak Nor.
“Sudah saatnya PPP ditata secara moderen, jangan dikelola secara tradisional dan personal. Rekrutmen didominasi oleh orang-orang kuat partai, keluarga, dinasti atau model AMPI (anak, menantu, paman, dan istri),” tambahnya.
“PPP sudah saatnya berupaya membangun organisasinya lebih moderen melalui terlembaganya mekanisme demokrasi internal partai yang mapan, transparansi, akuntabilitas, dan memiliki tanggungjawab etik. Setelah itu PPP harus merawat persatuan kader agar tidak terpecah belah, membangun kebesaran partai agar kembali Jaya dan Menang,” pungkasnya. har