PPP.OR.ID, JAKARTA – Presiden ketiga Indonesia Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie menceritakan bagaimana peran Partai Persatuan Pembangunan (PPP) pasca kemerdekaan Indonesia pada tahun 1955.
Habibie menceritakan kondisi masyarakat Indonesia setelah memproklamirkan kemerdekaan dan pemahaman asas negara Pancasila yang pada saat itu rentan terjadi perbedaan pendapat antar masyarakat.
“Sejak kita memproklamirkan kemerdakaan dan Pancasila pada tahun 1955 otomatis membuka pintu untuk demokrasi. Ramai-ramai orang mau mendirikan banyak partai, termasuk yang tidak percaya pada Tuhan Yang Maha Esa yang dia namakan dirinya komunis atau sosialis, atau apa saja, dia masuk kesitu banyak. Tapi juga banyak yang Islam tabrakan satu sama lain,” Ujar Habibie.
Dalam penuturannya, kondisi masyarakat Indonesia saat itu, masih sering berselisih paham. Hal inilah yang menginisiasi gerakan Islam berpancasila dan mengerti Pancasila yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam itu sendiri.
“Untuk menaungi gerakan di masyarkat, Perkumpulan yang Islam ini dikonsolidasi dalam partai PPP, yang non Islam dan yang lain konsolidaasi dalam Persatuan Demokrasi Indonesia (PDI), yang professional konsolidasi pada Golkar,” Tambahnya.
Habibie menambahkan Tiga organisasi ini adalah aset dari wadah nasional. Karena itu tidak dibenarkan jika dalam perjungan yang cukup panjang dan mengalami pasang surut dan lain sebagainya tiga partai besar ini menjadi korban partai-partai baru yang tidak tahu asalnya dari mana.
“Maka dari itu PPP pada Pemilu yang akan datang ini harus diatas threshold. Saya kasih akarnya, karena PPP adalah resultante dari gerakan politik Islam yang akarnya pada Al-Qur’an,” Pungkas Habibie.
The post BJ Habibie Menceritakan Peran PPP Dalam Reformasi appeared first on PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN.