Jombang – Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Partai Persatuan Pembangunan (DPP PPP) Muhammad Romahurmuziy memastikan partainya menggunakan sistem Ahlul Halli Wal Aqdhi (AHWA) dalam setiap pemilihan pemimpin.
“Ini supaya PPP kembali pada hakikat kepemimpinan. Yaitu kepemimpinan itu dihasilkan dari sebuah proses musyawarah berdasar kriteria-kriteria untuk seorang pemimpin. Bukan menjadi ajang perebutan dari kader-kadernya,” tegas Romahurmuziy usai membuka Musyawarah Cabang Bersama (Muscab Bersama) di GOR Merdeka Jombang, Ahad (16/10/2016).
Menurut cicit salah satu pendiri NU, KH. Wahab Chasbullah ini, mekanisme AHWA dipilih sebagai usaha untuk menghilangkan atau memotong aspek demokrasi liberal yang masuk di Indonesia, yakni mekanisme suara terbanyak.
“Mengapa, karena tidak semua suara terbanyak di dalam menentukan kepemimpinan itu menghasilkan pemimpin yang baik. Dari 540 kabupaten/kota, 200 lebih diantaranya kepala daerahnya berurusan dengan hukum. Berarti ada masalah di sana (mekanisme suara terbanyak),” terang politisi muda yang akrab dipanggil Gus Romi ini.
Secara terpisah Sekretaris DPC PPP Kabupaten Jombang, Ja’far Shodiq mengatakan, AHWA merupakan amanat dari hasil Muktamar VIII yang digelar di asrama haji Pondokgede Jakarta Timur pada Apirl lalu.
“Itu diterapkan untuk semua tingkat kepengurusan dari DPW sampai ranting. Pada muktamar depan juga akan dilakukan sistem AHWA,” kata Ja’far, Ahad petang (16/10/2016).
Menurut Ja’far, komposisi AHWA dalam Muscab terdiri dari 1 orang utusan DPP, 1 orang dari DPW, 2 orang dari DPC mewakili Pengurus Harian (PH) dan Majelis, dan 1 orang lagi perwakilan dari PAC. “Khusus untuk PAC, perwakilan dipilih oleh seluruh PAC yang ada. Kalau di DPC PPP Jombang ada 21 PAC,” terangnya.
Dalam Muscab DPC PPP Jombang hari ini (Ahad, 16/10/2016), 5 anggota AHWA yang telah ditetapkan masing-masing adalah Abdul Qoyuum utusan DPP, Nur Hadi dari utusan DPW. Dari DPC 2 orang, yaitu H. Ahmad Sillahuddin dan KH. Latif Bajuri. Sementara dari PAC disepakati diwakilkan kepada Abdul Aziz. (Times)